Perkembangan
zaman yang semakin maju membuat kesenian tradisional yang bernama
Topeng semakin sulit untuk ditemukan. Apalagi minat para pemuda yang
ingin menggeluti dan mendalaminyapun sangatlah sedikit, tapi tidak untuk
Limin. Pria berusia 35 tahun ini malah bersemangat untuk menyalurkan
bakat seninya melalui Topeng Betawi sebagai upaya untuk melestarikan
budaya Betawi tersebut.
Limin Buntung, begitu panggilan akrabnya dari
kecil sudah megenal seni topeng, tapi ia baru menggelutinya saat ia
sudah beranjak dewasa. Ia dilahirkan dalam keadaan yang kurang sempurna,
tanpa kaki dan tangan sebelah kanan. Saat ia beranjak dewasa, tepatnya
pada tahun 1089, ia bertekad untuk membuat dirinya berarti bagi keluarga
dan banyak orang. Orang pertama yang ia jumpai untuk mewujudkan
keinginannya itu adalah Enda Boncel, teman sepermainannya yang sudah
terjun lama dalam dunia seni topeng.
Perjuangan Limin pun tak berhenti sampai
disitu, tapi ia harus berusaha untuk menghilangkan rasa malu yang terus
menghinggapinya dan terus belajar seni Topeng Betawi tersebut. Setelah
perjuangannya selama setahun di Desa orang, Limin akhirnya kembali ke
desa tempat ia dilahirkan yaitu Desa Tengkurak Banteng, Sukatani,
Cikarang, Bekasi. Tak banyak cakap ia langsung bergabung dengan
“Kelompok Topeng Mekar Asih”, di kelompok ini ia memerankan tokoh yang
lucu alias pelawak. Karena keahliannya ia akhirnya berani untuk
mendirikan sendiri sanggar seni Topeng Betawi.
Sinar jaya, sanggar seni Topeng Betawi bentukan Limin pun akhirnya terbentuk. Pada awal perjalanan sanggar ini tak mudah mulai dari isu yang tak sedap tentang Limin, bahkan sampai tak di bayar oleh sang empunya acara pun pernah ia alami. Tapi perjuangan dan tekadnya tetap bulat, ia tetap mau melestarikan budaya walau banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Masa memang tak pernah lelah untuk bergerak, berbagai budaya pun telah disingkirkan olehnya, namun tekad Limin sang pahlawan Topeng Betawi sangat kuat untuk melestarikan apa yang seharusnya dilestarikan, budaya Indonesia yang mulai tergeser oleh peradapan global.
0 komentar:
Posting Komentar